Minggu, 25 Oktober 2009

Jibril & Malik

Tiba-tiba aku ingin menangis,
Menangis tersedu.
Tanpa ku tahu apa yang membuatku ingin,
Tapi kesedihan mencabik2 tawa yang ku mulai sejak pagi tadi.

Tuhanku, aku hanya ingin mati,
setelah semua ku anggap selesai.
Tapi, belum lagi ku luruhkan inginku,
Kau malah mempertemukan ku dengan
(entah) Malaikat Jibril yang ingin memberiku Wahyu
(ataukah) Malaikat Malik yang tak sabar menyiksaku.

Jibril entah Malik itu,
Memberikan tanah yang begitu gembur
Laut yang begitu kaya, langit yang begitu biru
Tapi, bau darah tak mau hilang dari indra cium ku
Tapi Kelaparan tak mau lekang dari indra rasa ku
Bahkan penindasan mencabik persis depan indra lihat ku.

Jibril entah Malik itu,
juga menjanjikan hidup padaku
berjuta senyum, berlimpah tawa
dengan ilmu seluas samudra
pada sebuah rumah dengan banyak pintu dan jendela
tapi pintu dan jendela itu tertutup, terkunci rapat
hingga aku nyaris kehabisan oksigen di dalamnya
hingga aku tersesat di dalamnya,
dan tak menemukan ventilasi untuk sekedar bernafas.

Tuhan, kalau Kau menghukum ku hidup
karena aku ingin mati,
maka berikanlah 1000 alasan,
mengapa aku harus hidup.
agar aku tak lagi berpikir untuk mati.

Tidak ada komentar: